G |
ara-gara tidak menjaga ucapan dan lidah, seseorang itu boleh tergelincir sehingga masuk ke jurang api neraka. Dhamdham bin Jaus Al-Yamami berkata, Abu Hurairah ra berkata kepadaku, “Wahai Yamami, janganlah sekali-kali engkau berkata kepada seseorang, “ALLAH tidak akan mengampunimu atau ALLAH tidak akan memasukkan kamu ke dalam syurga selama-lamanya.”
Aku berkata, “Wahai Abu Hurairah, sesungguhnya itu adalah perkataan yang sering diucapkan oleh salah seorang daripada kami kepada saudaranya atau temannya ketika marah.”
Maka Abu Hurairah berkata, “Jangan ucapkan seperti itu, sesungguhnya aku mendengar Rasulullah SAW bersabda:
“Dahulu di kalangan Bani Israil ada dua lelaki, seorang rajin beribadah manakala seorang lagi menzalimi diri sendiri (suka berbuat dosa). Kedua-duanya bersaudara. Yang rajin beribadah selalu melihat saudaranya melakukan dosa, maka dia pun berkata, “Berhentilah!” Maka yang melakukan dosa berkata, “Tinggalkan aku bersama Tuhanku, adakah engkau diutus untuk mengawasiku?”
Sehingga satu hari dia melihat saudaranya melakukan dosa besar maka dia pun berkata, “Celaka engkau, berhentilah!” Saudaranya berkata, “Tinggalkan aku bersama Tuhanku, adakah engkau diutuskan untuk mengawasiku?” Dia pun berkata, “Demi ALLAH, ALLAH tidak akan mengampunimu.” Atau “Demi ALLAH, ALLAH tidak akan memasukkanmu ke dalam syurga selamanya.”
Maka ALLAH mengutus malaikat kepada keduanya untuk mencabut nyawa mereka. Keduanya pun bertemu pada hari akhirat. ALLAH berkata kepada lelaki yang berbuat dosa, “Pergilah dan masuklah ke dalam syurga dengan rahmatKu.” Dan ALLAH berkata kepada yang satu lagi, “Adakah engkau telah mengetahui keputusanKu?
Adakah engkau mempunyai kuasa atas apa yang ada di TanganKu? Seretlah dia ke neraka.”
Abu Hurairah berkata, “Demi ALLAH yang jiwaku di tanganNya, sungguh dia telah mengucapkan satu kalimat yang menghancurkan dunia dan akhiratnya.” (Sahih, Riwayat Ahmad dan Abu Daud)
Sangat tragis nasib lelaki ini. Dia bukanlah pelaku maksiat, bahkan dia adalah orang yang kuat beribadah malah dia melakukan amar makruf nahi mungkar. Namun gara-gara ucapan lidahnya dan hukuman yang dia berikan ke atas saudaranya, dia diheret masuk ke jurang neraka.
Pada zaman ini, ramai manusia yang dapat menjaga dirinya dari menjamah makanan yang haram, menjaga diri dari maksiat seperti zina, minum arak, mencuri dan sebagainya, namun masih ramai yang gagal dalam menjaga lidah termasuklah orang-orang agama yang dilihat zuhud dan dikenali sebagai ahli ibadah.
Anggota tubuh yang paling mudah digerakkan adalah lidah, dan itu jugalah yang paling membahayakan diri. Lidah boleh membawa dua malapetaka kepada diri seseorang; iaitu malapetaka berbicara dan malapetaka diam.
Orang yang mendiamkan kebenaran adalah syaitan bisu, derhaka kepada ALLAH dan mencari reda manusia selama mana berbicara tidak membahayakan keselamatan dirinya, ini adalah malapetaka bagi dirinya. Manakala orang yang berbicara dengan perkataan yang batil pula adalah syaitan yang berkata-kata, ini juga adalah malapetaka bagi dirinya.
Seorang Muslim tidak boleh berkata yang sia-sia. Dia tidak seharusnya berbicara kecuali perkataan yang benar dan bermanfaat. Sebelum berbicara, dia hendaklah berfikir adakah perkataan itu benar? Jika benar, adakah ia bermanfaat dan ada faedahnya? Jika tidak, dia dituntut untuk diam.
Para salaf dan khalaf berbeza pendapat adakah seluruh perkataan yang diucapkan akan dicatat atau hanya perkataan yang baik dan buruk sahaja? Pendapat yang terkuat adalah seluruh perkataan yang diucapkan akan dicatat.
Orang yang selamat adalah orang yang hanya menggunakan lidahnya untuk ucapan yang bermanfaat. Oleh kerana itu Rasulullah SAW pernah menasihati seorang sahabat: “Janganlah engkau berbicara yang nantinya engkau akan meminta maaf kerananya.” (Sahih Ibnu Majah)
Rasulullah juga mengingatkan di akhir wasiat kepada Muaz: “Mahukah aku khabarkan kepadamu kunci semua perkara?”
Muaz menjawab: Tentu, wahai Rasulullah.
Baginda pun memegang lidahnya dan bersabda: “Jagalah ini!”
Muaz bertanya: “Wahai Rasulullah, adakah kami akan dituntut disebabkan apa yang telah kami ucapkan?”
Baginda pun bersabda: “Bukankah manusia tersungkur pada wajah mereka ke dalam api neraka disebabkan ucapan lidah mereka?” (Hasan Sahih, Riwayat Al-Tirmizi)
*Oleh Dr Fathul Bari Mat Jahya (CEO Pertubuhan Ilmuwan Malaysia), Sinar Harian, 28 Julai 2013

Terima kasih atas kunjungannya, Bila anda suka dengan artikel ini silakanlah JOIN TO MEMBER BLOG atau berlangganan geratis Artikel dari blog ini, daftarkan email anda pada form subscribe diatas . Pergunakan vasilitas diblog ini untuk mempermudah anda. Bila ada masalah dalam penulisan artikel ini silahkan kontak saya melalui kotak komentar yang ada dibawah atau gunakan fasilitas yang ada diblog ini untuk menghubingi saya.
Salam Blogger.... !!! .

0 komentar :: :
1. Komentar SPAM Akan secepatnya dihapus
Konversi Kode Forum Diskusi Join to Blog2. Pastikan untuk " Berlangganan Lewat Email " untuk membangun kreatifitas blog ini
3. Cek komentar masuk sebelum bertanya.
4. Link aktiv tidak akan berpungsi.
5. Dilarang menyebarluaskan artikel tanpa persetujuan dari saya.
6. Untuk mengajukan pertanyaan diluar postingan diatas, silahkan klik " Forum Diskusi "
7. Bergabung dengan kami untuk menjadi member Klik " Join to Member "
8. Komentar yang mengandung code tag HTML, konversikan terlebih dulu silahkan klik " Konversi Kode "