2+4 hrs...Twogether Fourever

Selasa : 22 April 2025   
@ 24 Syawal 1446H / 3:41 PM

23Jumaat,November

Makna Mahar Bagi Seorang Wanita

Dari Aisyah Ra bahawa Rasulullah SAW bersabda, “Nikah yang paling besar barokahnya itu adalah yang murah maharnya“. (HR Ahmad 6/145)

 

Anggaplah Anda sebagai peranan utama di kisah berikut yang dijadikan contoh ini:


Rumah Anda kedatangan tamu yang datang dari jauh. Tamu itu adalah teman lama Anda dimasa kecil dan dia adalah tamu yang sangat istimewa buat Anda. Disaat asyik-asyiknya mengobrol dengan Anda, tiba-tiba saja dia mengeluarkan benda unik dari saku kantongnya. Dia mengeluarkan HP limited edition tipe terbaru.

 

Kemudian Anda bertanya, “Wah, keren tuh HP. Berapa harganya?”.

 

Sangat mahal“, jawab tamu istimewa Anda.

 

Berapa bayangan dalam pikiran Anda setelah mendengar kata “Sangat Mahal“? Tentu tanpa batas bukan?

 

Oke lanjut lagi..

 

Kemudian tamu istimewa Anda berkata, “Kutitipkan benda ini kepadamu. Benda ini tiada duanya, hanya satu didunia. Aku sangat menyayangi benda ini. Mohon untuk dijaga sebaik-baiknya”. Kemudian tamu itupun berpamitan untuk pulang, kembali ke negeri asalnya.

 

Anda pastinya akan sangat gugup mendengar ucapan dari teman Anda itu. Terbayang dalam pikiran Anda, “andaikata benda ini rusak, bagaimana?”. Pastinya Anda akan merasa sangat bersalah dengan teman Anda.

 

Dan hari yang ditakuti itupun tiba. HP titipan pemberian teman Anda tiba-tiba saja rusak, layarnya error! Anda kalang kabut, kebingungan setengah mati. Kesana-kemari mencari tempat servis terbaik berharap supaya HP milik teman Anda normal seperti sedia kala. Bahkan Anda rela mengeluarkan uang ratusan juta sampai milyaran rupiah sekedar untuk memperbaiki HP yang rusak tersebut. Anda sangat BERTANGGUNG JAWAB atas benda yang dititipkan teman Anda. Anda tidak ingin mengecewakan teman Anda. Segala hal Anda lakukan, yang TERBAIK yang bisa Anda lakukan tanpa memikirkan betapa lelahnya Anda.

 

Catatan: Kisah ini terinspirasi dari pengalaman saya pribadi. Dan saya sadar bahwa kisah ini adalah pendidikan terbaik untuk mengenal makna dari MAHAR.


 

Anggaplah HP sebagai wanita, tamu istimewa sebagai ayah dari si wanita dan Anda sebagai diri Anda sendiri atau pemilik rumah.

 

Sang ayah si gadis yang bertahun-tahun mendidik anaknya dengan perasaan ikhlas datang kerumah Anda dan berkata: “Baik, saya sudah ikhlaskan kamu menikah dengan anak saya”.

 

Kemudian Anda bertanya, “Berapa harga anak bapak”. (Ini adalah contoh kalimat perumpamaan untuk menanyakan MAHAR)

 

Si bapak berkata, “Sangat mahal!“

 

(Semua orang tua pasti akan berkata demikian, sebab tiada satupun orang tua yang akan merendahkan nilai anaknya dimata orang lain. Namun yang membedakan adalah apakah orang tua tersebut menyebutkan jumlahnya ataukah tidak)

 

Bisa Anda bayangkan berapa banyak bayangan uang yang ada dibenak Anda setelah mendengar kata “Mahal?“, tentu tanpa batas bukan?

 

Tapi, orang tua si gadis tidak mengatakan dengan pasti berapa jumlah MAHAR yang dinginkannya. Dia telah merelakan anaknya dinikahi Anda “TANPA MAHAR” atau mahar se-ikhlasnya dari Anda.

 

Kemudian ayah si gadis berpesan, “Kutitipkan anakku kepadamu. Benda ini tiada duanya, hanya satu didunia. Aku sangat menyayangi anakku. Mohon untuk dijaga sebaik-baiknya”.

 

Bisa membayangkan bukan, betapa besarnya TANGGUNG JAWAB Anda?

 

HP yang rusak saja Anda rela mengeluarkan uang milyaran sekedar untuk memperbaikinya. Lantas bagaimana jika Istri Anda sakit? Bukankah Anda harus lebih bertanggung jawab lebih dari sekedar merawat Handphone?

 

Namun kebanyakan dari MANUSIA didunia ini justru salah kaprah memaknai arti dari “MAHAR”. Mereka berlomba-lomba menetapkan batasan mahar yang tinggi untuk anak gadisnya (yaitu mahar yang terlihat nominal jumlah dan ukurannya). Bahkan banyak juga yang menuntut profesi seperti dokter, pegawai, pilot, pengacara, anak orang kaya dan sebagainya.

 

Pilihan seperti itu sebenarnya bukan menaikkan harga diri dari seorang anak, tapi justru hanya akan merendahkan martabat dan harga diri anaknya. Kenapa saya berkata demikian? Karena MAHAR yang dibatasi hanyalah suatu etika perdagangan belaka. Ketika barang yang dibeli terbayarkan, selesailah sudah. Lantas apalagi yang akan diberikan sesudah itu?


Berikut contoh kisah sederhana perihal MAHAR yang ditentukan nominal dan ukurannya, yang mungkin pernah Anda alami.

 

Disuatu waktu datang seseorang teman Anda kerumah Anda. Dia menawarkan HP limited edition tipe terbaru. Dan kemudian Anda bertanya, “berapa harganya?”.

 

Teman Anda menjawab, “Mahal?”

 

Bayangan Anda pasti tidak akan bisa menentukan mahalnya harga dari HP tersebut.

 

Tapi kemudian teman Anda melanjutkan, “harganya 100 juta, mau beli?”.

 

Dalam seketika, jatuhlah predikat mahal dimata Anda. Berhubung Anda sangat kaya, dengan mudah Anda beli HP tersebut.

 

Dan disaat teman Anda berkata, “Kutitipkan benda ini kepadamu. Benda ini tiada duanya, hanya satu didunia. Aku sangat menyayangi benda ini. Mohon untuk dijaga sebaik-baiknya”.

 

Tapi dalam benak Anda berkata seperti ini, “Ah, ngapain diambil pusing, KHAN SAYA SUDAH BAYAR MAHAL. Terserah saya dunk mau diapain benda ini!”

 

Selanjutnya mungkin Anda akan memamerkannya keteman dan kerabat kalau Anda memiliki HP yang sangat MAHAL! Tapi Anda sama sekali TIDAK BERTANGGUNG JAWAB atas HP tersebut. Anda tidak merawatnya, bersikap masa bodo dan bahkan ketika HP tersebut tidak bermanfaat lagi, Anda mencari PENGGANTI BARU yang lebih mahal dan efisien.

 

Bukankah itu menyakitkan?


Dari Anas bahwa Aba Tholhah meminang Ummu Sulaim lalu Ummu Sulaim berkata,” Demi Allah, lelaki sepertimu tidak mungkin ditolak lamarannya, sayangnya kamu kafir sedangkan saya muslimah. Tidak halal bagiku untuk menikah denganmu. Tapi kalau kamu masuk Islam, keislamanmu bisa menjadi mahar untukku. Aku tidak akan menuntut lainnya”. Maka jadilah keislaman Abu Tholhah sebagai mahar dalam pernikahannya itu. (HR Nasa’ih 6/ 114).


 

Cinta sejati tidak memikirkan berapa banyak yang bisa didapatkan atau diberikan, karena cinta sejati selalu didasari dengan perasaan ikhlas. Bahkan terkadang, orang yang tulus mencintai selalu lupa dengan segala hal yang telah diberikan demi sebuah senyuman dan kebahagiaan orang yang dicintainya.

Cik NiNe Che Kadir , Jumaat, November 23, 2012 | 0 komentar :: Best Blogger Tips
  • Share On Facebook
  • Digg This Post
  • Stumble This Post
  • Tweet This Post
  • Save Tis Post To Delicious
  • Float This Post
  • Share On Reddit
  • Bookmark On Technorati
Blog Gadgets

...lagi Artikel yang Berkaitan :

Terima kasih atas kunjungannya, Bila anda suka dengan artikel ini silakanlah JOIN TO MEMBER BLOG atau berlangganan geratis Artikel dari blog ini, daftarkan email anda pada form subscribe diatas . Pergunakan vasilitas diblog ini untuk mempermudah anda. Bila ada masalah dalam penulisan artikel ini silahkan kontak saya melalui kotak komentar yang ada dibawah atau gunakan fasilitas yang ada diblog ini untuk menghubingi saya.

Salam Blogger.... !!! .

PENULIS Cik NiNe Che Kadir

Nama Penuh saya ialah Cik NiNe Binti Che Kadir, saya menggunakan nama pena C9 dan Cik 9P. Mulus

0 komentar :: :

1. Komentar SPAM Akan secepatnya dihapus
2. Pastikan untuk " Berlangganan Lewat Email " untuk membangun kreatifitas blog ini
3. Cek komentar masuk sebelum bertanya.
4. Link aktiv tidak akan berpungsi.
5. Dilarang menyebarluaskan artikel tanpa persetujuan dari saya.
6. Untuk mengajukan pertanyaan diluar postingan diatas, silahkan klik " Forum Diskusi "
7. Bergabung dengan kami untuk menjadi member Klik " Join to Member "
8. Komentar yang mengandung code tag HTML, konversikan terlebih dulu silahkan klik " Konversi Kode "

Konversi Kode Forum Diskusi Join to Blog