DALAM hidup, kita kadangkala terpaksa melepaskan sesuatu yang kita cintai.
Terdapat masa-masa tertentu, misalnya kerana perjuangan bagi menuntut ilmu atau mencari rezeki bagi keluarga, kita terpaksa berpisah daripada keluarga dan tanah air buat satu jangkamasa tertentu.
Sebagai insan biasa, kita tidak dapat lari daripada emosi. Ada ketikanya kita berasa sedih, malah mungkin marah dan kecewa.
Perasaan itu juga pernah dirasakan oleh Nabi saw dan kaum Muhajirin ketika melangkah keluar dari Makkah ke Yathrib (kota Madinah).
Namun, kekecewaan yang dialami tidak pernah melemahkan Baginda dan para sahabat. Malah, mereka menjadikan kekecewaan itu sebagai pembakar semangat untuk terus berjuang dan memberikan yang terbaik bagi agama Allah. Semakin besar cabaran, semakin rapat barisan mereka dalam menghadapinya.
Kalaupun mereka berundur, itu bukan kerana kalah tetapi strategi untuk meraih kemenangan.
Setiap kesusahan yang menimpa adalah kesempatan membuktikan iman kita kepada Allah.
Seorang Mukmin sejati akan menghadapi musibah dengan penuh keberanian dan kesabaran.
Mereka tidak panik, apatah lagi menyalahkan sesiapa, malah melihatnya sebagai satu kesempatan untuk menyumbang tenaga dan fikiran bagi kebaikan umat Islam.
Sikap panik dan menuding jari apabila ditimpa kesusahan bukan sikap seorang Mukmin yang meyakini hikmah dan kebijaksanaan Allah swt.
Rasulullah saw pernah mengibaratkan seorang Muslim bagaikan pokok kurma, suatu ibarat yang mengandungi makna yang sangat dalam.
Pokok kurma boleh terus hidup meskipun di tempat yang kurang air. Ia menjadi tempat berteduh di kala panas terik, buahnya lazat dan lembut, malah kesemua bahagian boleh dimanfaatkan hinggakan bijinya sekalipun berguna untuk makanan haiwan.
Begitu juga seorang Mukmin sejati. Beliau boleh bertahan hidup bahkan menyumbang untuk masyarakat, meskipun berada dalam medan dakwah yang berat dan persekitaran yang tidak menyokong.
Setiap saat beliau memberikan perlindungan kerohanian bagi setiap orang yang memerlukan. Hidupnya penuh dengan manfaat bagi manusia, bahkan meninggalkan warisan yang berpanjangan hingga setelah kematiannya.
Kita tidak boleh hanyut dengan keadaan, malah kita mesti mampu menerajui perubahan dalam masyarakat agar sejalan dengan ajaran Allah swt.
Di akhirat nanti, kita tidak akan ditanya tentang apa yang berlaku pada masyarakat di sekitar kita, tetapi akan ditanya tentang sikap kita terhadap apa yang berlaku itu.
Sifat-sifat inilah yang diharapkan terdapat dalam setiap Muslim dalam konteks negara-negara sekular.

Terima kasih atas kunjungannya, Bila anda suka dengan artikel ini silakanlah JOIN TO MEMBER BLOG atau berlangganan geratis Artikel dari blog ini, daftarkan email anda pada form subscribe diatas . Pergunakan vasilitas diblog ini untuk mempermudah anda. Bila ada masalah dalam penulisan artikel ini silahkan kontak saya melalui kotak komentar yang ada dibawah atau gunakan fasilitas yang ada diblog ini untuk menghubingi saya.
Salam Blogger.... !!! .
Nama Penuh saya ialah Cik NiNe Binti Che Kadir, saya menggunakan nama pena C9 dan Cik 9P. Mulus

0 komentar :: :
1. Komentar SPAM Akan secepatnya dihapus
Konversi Kode Forum Diskusi Join to Blog2. Pastikan untuk " Berlangganan Lewat Email " untuk membangun kreatifitas blog ini
3. Cek komentar masuk sebelum bertanya.
4. Link aktiv tidak akan berpungsi.
5. Dilarang menyebarluaskan artikel tanpa persetujuan dari saya.
6. Untuk mengajukan pertanyaan diluar postingan diatas, silahkan klik " Forum Diskusi "
7. Bergabung dengan kami untuk menjadi member Klik " Join to Member "
8. Komentar yang mengandung code tag HTML, konversikan terlebih dulu silahkan klik " Konversi Kode "