2+4 hrs...Twogether Fourever

/

Apakah Kita Bahagia Bila Redho

0402161306409corn_lily1_v Originally uploaded by cicoh budu.



Sebagai manusia biasa yang tidak terlepas dari membuat kesilapan, kita sering dilanda masalah yang membuat kita sering keluh kesah, lalu kita teruja untuk mengalahkan orang lain, menyalahkan takdir dan ada yang sampai menyalahkan tuhan secara terang- terangan. Kita mungkin terbaca kisah seorang isteri yang dengan sengaja mengaku murtad demi untuk bercerai dengan suami kerana tidak dapat menuntut perceraian dari mahkamah syariah. Mungkin ada di antara kita peminat ruangan `Di celah celah kehidupan'[DCCK], kolum popular di Mingguan Malaysia yang memaparkan 1001 masalah rumahtangga dan asam garam kehidupan manusia yang bermacam-macam ragam dan kerenahnya. Hakikatnya tidak ada manusia yang boleh terlepas dari masalah, baik dia seorang raja mahu pun seorang rakyat biasa malah seorang Rasul pun diuji dengan hebatnya.

Untuk memberi pertimbangan terhadap sesuatu peristiwa /kejadian saya lebih senang menekankan perkara berkaitan aqidah, yaitu rukun iman kita yang nombor enam iaitu percaya kepada qadar dan qadar. Setakat percaya tapi tak yakin tak ada gunanya, kita mungkin masuk ke lubuk kekufuran yaitu tidak mensyukuri dan tidak redho dengan ketentuan-Nya. Sebagai seorang muslim kita perlu tahu kedudukan kita di sisi-Nya. Kita ini hamba dan Dia adalah Rabb, tuhan kita. Bila kita sedar diri barulah mudah untuk kita mengatur hidup sebagai `hamba' bukan sebagai `tuan hamba'

Allah s.w.t menjadikan kita ini merdeka dan sebahagian kita menjadi hamba (di zaman jahiliah sehingga kedatangan Islam). Selepas kedatangan Islam tiada lagi perhambaan dalam ertikata manusia di'miliki' oleh manusia lain tetapi kita mungkin menjadi hamba ekonomi (terpaksa menerima sistem kafir), hamba wang, hamba politik , hamba emosi dan berbagai jenis `perhambaan' yang tidak kita sedari. Semua jenis perhambaan adalah satu menifestasi kesyirikan terhadap Allah s.w.t . Bila kita menjadi hamba kepada selain Allah s.wt dalam apa bentuk sekali pun maknanya iman kita tidak solid , tidak mantap, malah berbelah bahagi. Maknanya kita masih ada lompang keimanan, iman kita tidak teguh dan masih boleh digoyah oleh unsur2 luaran dan dalaman.

Mari kita periksa bagaimana kita mengikat hubungan kita dengan Allah s.w.t sebagai tanda ikatan seorang hamba dengan tuhannya. Bermula dengan syahadah, kita membuat pengakuan tiada tuhan melainkan Dia dan mengakuan Muhammad Rasul-Nya. Tanpa lafaz asas ini, kita tidak menjadi muslim sekali pun kita mungkin puasa, membayar zakat,berbuat baik kepada ibubapa dan beramal seperti seorang muslim. Kedua solat, orang islam solat lima waktu dan dalam solat ada doa iftitah yang merupakan pengakuan , ikrar kita di hadapan Allah s.w.t., Ikrar yang bermaksud "Sesungguhnya aku hadapkan muka dan diriku kepada Allah yang menciptakan langit dan bumi, sedang aku tetap di atas dasar tauhid dan bukanlah aku dari orang-orang yang menyekutukan Allah (dengan sesuatu yang lain)".[al-an'am:79] . Kalimah ini disambung lagi seterusnya pada ayat 162 surah yang sama yang bermaksud "sesungguhnya solatku, ibadahku, hidup ku dan matiku hanya untuk Allah tuhan semesta alam". Apakah makna pengakuan ini terhadap aqidah kita? Apakah ikrar ini hanya pengakuan lisan macam burung kakak tua yang hanya mengikut apa yang diajarkan tanpa tahu makna. Jika kita solat hanya sekadar membaca beberapa rangkap ayat-ayat wajib dan sunat serta membuat pergerakan2 khusus apalah gunanya kepada kehidupan kita?

Alangkah ruginya masa yang kita luangkan dan `terbuang' kerana sia-sia tidak bermakna. Kita bersyahadah tapi tak tahu tanggungjawap dan akibat dari syahadah tersebut. Kita solat tapi tak tahu apa maksud ikrar kepada Allah s.w.t jauh sekali untuk mengetahui apakah perjajnjian roh kita dengan Allah s.wt seperti yang terkandung dalam surah al-a'raaf ayat 172 yang bermaksud "Dan (ingatlah wahai Muhammad) ketika Tuhanmu mengeluarkan zuriat anak-anak Adam (turun-temurun) dari (tulang) belakang mereka, dan Ia jadikan mereka saksi terhadap diri mereka sendiri, (sambil Ia bertanya dengan firmanNya): "Bukankah Aku tuhan kamu?" Mereka semua menjawab: "Benar (Engkaulah Tuhan kami), kami menjadi saksi". Yang demikian supaya kamu tidak berkata pada hari kiamat kelak: "Sesungguhnya kami adalah lalai (tidak diberi peringatan) tentang (hakikat tauhid) ini". Inilah perjanjian roh kita dengan tuhannya. Apakah kita akan beralasan `aku tak tahu pun...' sedangkan prinsip keimanan kita antaranya ialahberiman kepada kitabullah:al-qur'an.Kita baca al-qur'an tapi tak mahu memahami /belajar memahami maksudnya. Kita sia-siakan waktu dengan perkara lain yang pada tanggapan kita lebih penting dan bermakna dari mengkaji perkara dasar dalam hidup kita sebagai Muslim, sebagai hamba-Nya.

Kenapa saya huraikan perkara aqidah untuk menimbangkan masalah kepincangan masyarakat sepertimana masalah yang sering dipaparkan di ruangan DCCK setiap minggu. Saya huraikan begini kerana inilah sebenarnya inilah titik tolak bagi menentukan sejauh mana kita dapat menangani atau mengatasi sesuatu masalah dalam hidup kita berlandaskan syari'at supaya kita tidak terjebak ke lembah kekufuran. Satu lembah hina setelah kita beriman. Sesudah solat kita dianjur berdoa, banyak doa yang biasa seorang hamba muslim lafazkan. Yang belum kawin berdoa supaya dapat suami baik, yang sudah kawin berdoa supaya suami tak kawin lain, yang bermadu berdoa agar madunya tidak mengkhianatinya, ramai yang berdoa untuk kepentingan dirinya di dunia tanpa memikir apakah doa untuk menyelamatkan aqidahnya, menyelamatkan mereka dari api neraka dan kekufuran sudah beriman? Tak pernahkah kita berdoa sepertimana dalam surah ali Imran ayat 8 yang bermaksud ""Wahai Tuhan kami! Janganlah Engkau memesongkan hati kamisesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan kurniakanlah kepada kami limpah rahmat dari sisiMu; sesungguhnya Engkau jualah Tuhan Yang melimpah-limpah pemberianNya"

Cuba kita renungkan huraian di atas. Apakah matlamat hidup yang kita pegang selama menjadi muslim? Saya teringat satu ceramah motivasi di mana penceramah memberi tips bagaimana untuk mencapai kebahgian. Antara faktor penting kebahgiaan ialah kita tidak menetapkan sesuatu format atau setting tertentu terhadap kebahgian. Sebagi contoh, jika kita tetapkan untuk hidup bersama suami/isteri sehingga akhir nanti , berdua selamanya sebagai satu `setting' `(penentu) kebahgian.bila `setting' ini berubah (tidak diizinkan Allah) , maka natijahnya kebahgiaan itu punah. Sebaliknya jika `setting' tersebut tidak ditetapkan, dan manusia kembali menghayati ikrarnya kepada Tuhan di dalam solat, maka kebahgian akan tetap dihati kerana redho menjadi teras imannya.

dipetik dari seorang hamba allah dari yahoogroups

try , Rabu, September 13, 2006 | 0 komentar :: Best Blogger Tips
  • Share On Facebook
  • Digg This Post
  • Stumble This Post
  • Tweet This Post
  • Save Tis Post To Delicious
  • Float This Post
  • Share On Reddit
  • Bookmark On Technorati
Blog Gadgets

...lagi Artikel yang Berkaitan :

Terima kasih atas kunjungannya, Bila anda suka dengan artikel ini silakanlah JOIN TO MEMBER BLOG atau berlangganan geratis Artikel dari blog ini, daftarkan email anda pada form subscribe diatas . Pergunakan vasilitas diblog ini untuk mempermudah anda. Bila ada masalah dalam penulisan artikel ini silahkan kontak saya melalui kotak komentar yang ada dibawah atau gunakan fasilitas yang ada diblog ini untuk menghubingi saya.

Salam Blogger.... !!! .

0 komentar :: :

1. Komentar SPAM Akan secepatnya dihapus
2. Pastikan untuk " Berlangganan Lewat Email " untuk membangun kreatifitas blog ini
3. Cek komentar masuk sebelum bertanya.
4. Link aktiv tidak akan berpungsi.
5. Dilarang menyebarluaskan artikel tanpa persetujuan dari saya.
6. Untuk mengajukan pertanyaan diluar postingan diatas, silahkan klik " Forum Diskusi "
7. Bergabung dengan kami untuk menjadi member Klik " Join to Member "
8. Komentar yang mengandung code tag HTML, konversikan terlebih dulu silahkan klik " Konversi Kode "

Konversi Kode Forum Diskusi Join to Blog